THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Find Blog

Minggu, 03 Januari 2010

Sejarah Perminyakan di Indonesia


Kolonel Drake

Sejarah industri minyak modern tidak bisa lepas dari nama Edwin Laurentine Drake (1819-1880) yang dikenal juga sebagai Colonel Drake. mBah Drake ini didaulat juga sebagai “Bapak” industri perminyakan modern, karena pada tanggal 27 Agustus 1859 untuk pertama kalinya melakukan pengeboran minyak secara komersil di Titusville, Pennsylvania, Amrik sana. Pada hari itu mata bor mBah Drake menyentuh lapisan minyak pada kedalaman 60,5 kaki (± 21 meter). Meskipun jika kita merujuk pada bukunya Ida Tarbell pada tahun 1904 dalam bukunya “The History of Standard Oil” menyebutkan bahwa sumur minyak yang dibuatnya bukan merupakan idenya mBah Drake, tapi ide dari pekerjanya yaitu George Bissell.

Jauh sebelum mBah Drake memulai manték bumi untuk ngebor minyak, minyak bumi sudah diketahui dan digunakan sebagai alat perang pasukan Alexander Yang Agung (356 SM - 323 SM) untuk digunakan pada anak panah berapi dan katapel besar yang menggunakan bola peluru berapi. Di Indonesia sendiri konon minyak telah digunakan juga sebagai alat perang oleh armada kapal pasukan Kerajaan Sriwijaya, meskipun saya sendiri belum pernah melihat atau membaca data otentik tersebut.

Awal Kegiatan Perminyakan di Indonesia

Sejarah industri perminyakan modern di Indonesia sendiri diawali pada tahun 1870 oleh P. Vandijk, seorang engineer Belanda di daerah Purwodadi - Jawa Tengah, tepatnya di desa Ngamba, melalui pengamatan rembesan-rembesan minyak di permukaan tanah. Di desa Ngamba tersebut mBah Vandijk mendapatkan rembesan air asin yang mengandung minyak. Tapi karena terjadi gempa di Yogyakarta pada tahun 1867 hampir semua rembesan tersebut tertutup dan tidak mengeluarkan rembesan minyak lagi. Yang tertinggal hanya air asin yang berbau minyak.

Pada bulan November 1895 perusahaan Mac Neill & Co. di Semarang mendapat konsesi di daerah tersebut selama 15 tahun. Kemudian pada bulan April 1896 dirubah menjadi 75 tahun, dan daerahnya meliputi Klantung Sejomerto.


http://www.givangkara.com/2007/03/18/5/

Audi


Nama besar Audi sebagai produsen mobil papan atas dunia memang tak perlu diragukan lagi. Varian mereka memang selalu jadi incaran para kaum jet set yang butuh kendaraan berkelas yang sesuai jati diri mereka. Salah satu model yang cukup menonjol datang dari varian Audi A5. Perpaduan antara gaya, kenyamanan dan performa maksimal jelas jadi acuan mengapa mobil ini begitu jadi incaran. Tak hanya diminati kalangan perorangan, nyatanya mobil ini juga dilirik rumah modif Seneer untuk dikastem lebih jadi mantap.

Ubahan modif yang dilakukan Senner dimulai dari bagian eksterior. Kosmetik wajah luar terlihat makin gahar berkat asupan body kit baru yang meliputi pemakaian spoiler apron depan, pelapis kaca spion, spoiler belakang, lip spoiler dan bumper belakang yang kesemuanya memakai bahan serat karbon. Dirancang dinamis, parts baru yang menempel ini juga sudah memperhatikan sisi aerodinamitas.



Menopang kenyamanan dan kestabilan berkendara, Senner lantas mengganti beberapa fitur yang berhubungan pada suspensi. Adapun detailnya meliputi pemakaian coilover suspensi Bilstein B16 PSS10 yang dilengkapi setelan ketinggian terpisah. Tak hanya adaptatif, penerapan coilover ini jelas jadi acuan laju mobil saat di jalan. Untuk saluran buang, mobil dua pintu ini mengandalkan sistem exhaust baru berbahan stainless steel berikut 4 lubang knalpot sebagai penyelarasnya.

Untuk kaki-kaki, mobil yang seluruh bodynya dibalur warna putih metalik ini hadir dengan velg ASA GT1 ukuran 20 inchi yang bebas dipilih antara warna hitam dof atau perak berkilau. Lanjut menuju interior kita akan disuguhkan ubahan panel konsol tengah yang berbahan karbon dan beberapa pelapis seperti pada jok, dashboard, maupun juga bagian trimnya. Dipersenjatai mesin 3.0 TDI, mobil ini mampu mengeluarkan tenaga hingga 300 hp dan torsi sebesar 600 Nm. Dan dengan torehan tenaga maksimal hingga 280 km/h, dapat dipastikan kalau mobil ini jelas punya gaya yang berbeda !

Drilling Liner (Application 2)



Unstable Formations with time dependent bore hole stability

– Shale
– Salt

Solution: Run Liner while Drilling

– Hole Protected
– Liner at Desired Position